***
"Dasar cewek genit!" bentak Marsya penuh emosi. Ia menuding Nesya di pojok koridor, dekat gudang sekolah. Tadi, sewaktu keluar kelas hendak pulang, Nesya langsung didekati Marsya cs dan "digiring" ke tempat ini.
Nesya hanya bisa terdiam. Bukan karena takut, tapi karena dia nggak tau gimana harus merespons.
"Kenapa? Lo takut?! Kalo baru segini aja udah takut, jangan jadi pacar Vino!" seru salah satu teman Marsya yang juga ada di lokasi kejadian.
Nesya berusaha tersenyum. Tatapannya polos. "Hm...sebenernya...apa salah kalo gue dan Vino pacaran?" tanyanya.
"Lo nanya apa salahnya? Salah besar! Vino itu punya gue!" tegas Marsya.
Wush! Serasa ada angin yang berembus di wajah Nesya. Ucapan Marsya menyadarkan Nesya akan sesuatu. Cewek-cewek di hadapannya ini udah pada nggak waras!
"Punya lo? sejak kapan Vino jadi barang? Sori ya, tapi bukannya lo mantanpacarnya Vino? Dan bukankah yang namanya MANTAN berarti nggak punya hak lagi?" Nesya mulai nyolot. Sekarang ini Vino udah jadi pacarnya. Jadi wajar dong kalo dia lebih berhak daripada Marsya yang hanya sekadar mantan?
Darah Marsya naik sampai ke ubun-ubun. Dilayangkannya tangan ke pipi Nesya. Nesya yang kaget langsung menutup mata. Tapi beberapa detik berlalu, Nesya merasa tamparan itu nggak mendarat ke pipinya. Perlahan ia membuka mata, dan dilihatnya Vino sedang menahan lengan Marsya kuat-kuat.
Vino mengempaskan tangan Marsya dengan kasar. "Sori ya, Sya, tolong jangan ganggu cewek gue lagi," ujar Vino dingin sambil menggandeng tangan Nesya.
Marsya yang merasa terhina makin nggak bisa mengendalikan emosinya. "Apa sih bagusnya dia dibanding gue!?"
Vino berhenti sesaat, tanpa menoleh. "Bagusnya adalah, gue lebih sayang dia dibanding lo."
Nesya merasa pipinya menghangat. Jujur, ia senang mendengarr Vino membelanya seperti tadi.
Mereka kembali melangkah, masih sambil bergandengan tangan, meninggalkan Marsya cs yang masih terlongo dan shock.
***
(8...9...10...UDAH BELOM?! -Laurentia Dermawan)
Cuma iseng pas baca-baca lagi koleksi novelku, eh gatau nya nemu cuplikan cerita ini. Sekilas mirip cerita ku waktu jaman-jaman dibully dan status ku yang sekarang. Ceritanya ada kok di salah satu entri di sini. Cuma ya ga sampek separah ini dan dibelanya juga ga sampek kayak gitu. Itu cerita uda dulu banget tapi masih membekas banget di hati yang mungkin akan terkenang sepanjang masa. Jujur, aku masih takut ketemu orang-orang itu. Yang paling aku takutkan adalah ketemu sama anak-anak alumni sekolah itu yang seangkatan sama mereka. Aku takut anggapan mereka tentang aku. Aku takut ga ada yang mau temenan sama aku. Mungkin aku terlalu berlebihan, tapi susah sekali menghilangkan rasa takut itu. Aku bingung harus bagaimana. Mencoba untuk berpura-pura tidak ada yang terjadi dan tidak akan terjadi apa-apa? Tapi terkadang, berpura-pura itu melelahkan....